Ada sebuah dataran tinggi di Jawa Tengah dengan ketinggian diatas 2.000 mdpl, yaitu Dieng. Sebuah dataran tinggi yang terletak di perbatasan Kabupaten Wonosobo, Banjarnegara, Pekalongan dan Temanggung. Dieng menjadi tempat yang menarik, dengan kondisi alamnya yang eksotis dengan perbukitan diatas dan dikelilingi Gunung Prau, Sindiro dan Sumbing. Menjadi sebuah kota masa lalu yang penuh sejarah dengan peninggalan candi-candi yang saat ini masih berdiri kokoh. Bentang alam semakin menarik dengan potensi geo thermal dan lahan pertanian yang menjadi andalan Dieng. Sambil menikmati makanan khas Dieng berupa, Tempe Kemul dan Nasi Buncis ditemani teh panas mencoba menguak keindahan Nirwana di Bumi Jawa.
Pagi hari di saat matahari belum menampakkan dirinya, perjalanan dimulai. Tujuan pertama adalah menghadang matahari terbit dari gardung pandang. Menembus kabut tipis yang menyelimuti Kabupaten Wonosobo dan terus bergerak kearah barat menuju Garung. Dari sisi timur nampak samar punggungan Gunung Sindoro dengan siluet dengan pancaran dari sisi timur.
Langit semakin terang dengan cahaya temaram kuning emas yang semburat disisi timur. Sebuah tanjakan terakhir sebelum Gardu Pandang harus diselesaikan untuk menikmati Sang Surya menampakkan diri. Akhirnya sampai juga dan saatnya menyaksikan pementasan alam yang saat itu hanya bisa dinikmati beberapa orang saja, dan dengan kamera coba mengabadikan momen yang berharga tersebut.
Cahaya kuning emas semakin terang dan matahari semakin tinggi dan menghangatkan suhu yang dingin. Desa-desa dibawah sana samar-samar terlihat dan beberapa punggung perbukitan mulai menampakan diri dengan lahan pertanian yang dibuat terasering. Cahaya Ilahi menembus pepohonan menyinari perkampungan dibawah sana yang masih diselimuti kabut tipis. Geliat kehidupan dimulai, dan nampak para petani mulai pergi menggarap lahan. Keindahan di pagi hari yang tak terlupakan, dan tersimpan dalam memori kenangan.
Perjalanan dilanjutkan menuju pelataran candi-cand yang tersebar di tengah-tengah Dieng. Candi Arjuna dan Bima nampak kokoh berdiri ditengah-tengah lahan pertanian. Beberapa reruntuhan candi nampak terlihat dan menggambarkan masa lalu yang penuh dengan bangunan candi yang megah.
Aktivitas pertanian disekitar kawasan candi memberi tambahan daya tarik. Lahan kentang yang menjadi andalan Dieng tersebar luas dan subur dengan beberapa petani yang giat bekerja. Puas menikmati candi, kini coba melihat potensi lain yang ada di Dieng yaitu potensi geothermal. Panas bumi yang menembus rekahan tanah dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi. Kawah Sikidang, adalah salah satu rekahan panas bumi yang bisa disaksikan secara langsung dan bisa dinikmati dari jarak dekat.
Belum lengkap jika ke Dieng tidak menikmati Telaga Warna yang terletak di dekat Kawah Sikidang. Sebuah danau alam dengan kandungan belarang dan perkembangan alga, menjadikan air berwarna hijau, sehingga dinamakan Telaha Warna. Berkeliling di Danau dengan menyisir sisi pinggir dengan melewati jalan setapak. Melihat setiap sudut telaga dan terus mengabadikan dengan bidikan kamera.
Hampir 1 jam berkeliling akhirnya sampai di atas sebuah bukit, dan disana terdapat Theatre Dieng Plateau. Akhirnya perjalanan harus diakhiri sebab kondisi cuaca yang mulai tidak bersahabat dan harus segera kembali sebelum esok kembali keaktivitas seperti biasanya. Selamat menikmati ciptaanNya.
kompas.
Pagi hari di saat matahari belum menampakkan dirinya, perjalanan dimulai. Tujuan pertama adalah menghadang matahari terbit dari gardung pandang. Menembus kabut tipis yang menyelimuti Kabupaten Wonosobo dan terus bergerak kearah barat menuju Garung. Dari sisi timur nampak samar punggungan Gunung Sindoro dengan siluet dengan pancaran dari sisi timur.
Langit semakin terang dengan cahaya temaram kuning emas yang semburat disisi timur. Sebuah tanjakan terakhir sebelum Gardu Pandang harus diselesaikan untuk menikmati Sang Surya menampakkan diri. Akhirnya sampai juga dan saatnya menyaksikan pementasan alam yang saat itu hanya bisa dinikmati beberapa orang saja, dan dengan kamera coba mengabadikan momen yang berharga tersebut.
Cahaya kuning emas semakin terang dan matahari semakin tinggi dan menghangatkan suhu yang dingin. Desa-desa dibawah sana samar-samar terlihat dan beberapa punggung perbukitan mulai menampakan diri dengan lahan pertanian yang dibuat terasering. Cahaya Ilahi menembus pepohonan menyinari perkampungan dibawah sana yang masih diselimuti kabut tipis. Geliat kehidupan dimulai, dan nampak para petani mulai pergi menggarap lahan. Keindahan di pagi hari yang tak terlupakan, dan tersimpan dalam memori kenangan.
Perjalanan dilanjutkan menuju pelataran candi-cand yang tersebar di tengah-tengah Dieng. Candi Arjuna dan Bima nampak kokoh berdiri ditengah-tengah lahan pertanian. Beberapa reruntuhan candi nampak terlihat dan menggambarkan masa lalu yang penuh dengan bangunan candi yang megah.
Aktivitas pertanian disekitar kawasan candi memberi tambahan daya tarik. Lahan kentang yang menjadi andalan Dieng tersebar luas dan subur dengan beberapa petani yang giat bekerja. Puas menikmati candi, kini coba melihat potensi lain yang ada di Dieng yaitu potensi geothermal. Panas bumi yang menembus rekahan tanah dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi. Kawah Sikidang, adalah salah satu rekahan panas bumi yang bisa disaksikan secara langsung dan bisa dinikmati dari jarak dekat.
Belum lengkap jika ke Dieng tidak menikmati Telaga Warna yang terletak di dekat Kawah Sikidang. Sebuah danau alam dengan kandungan belarang dan perkembangan alga, menjadikan air berwarna hijau, sehingga dinamakan Telaha Warna. Berkeliling di Danau dengan menyisir sisi pinggir dengan melewati jalan setapak. Melihat setiap sudut telaga dan terus mengabadikan dengan bidikan kamera.
Hampir 1 jam berkeliling akhirnya sampai di atas sebuah bukit, dan disana terdapat Theatre Dieng Plateau. Akhirnya perjalanan harus diakhiri sebab kondisi cuaca yang mulai tidak bersahabat dan harus segera kembali sebelum esok kembali keaktivitas seperti biasanya. Selamat menikmati ciptaanNya.
kompas.